Kamis, 22 Oktober 2015

usman bin affan

MASA KEPEMIMPINAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN Masa-masa sahabat Nabi dianggap sebagai masa ideal teladan bagi generasi berikutnya. Nabi mengingatkan agar umat selalu berpegang teguh kepada perilaku-Nya (sunnah) dan perilaku para khulafau rasyidin. Mereka selalu mendampingi Nabi, merekapun berperan sebagai penyambung lidah Nabi. Kalaulah ada Nabi setelah Nabi Muhammad tentu salah satunya adalah dari mereka akan terpilih, mereka juga digelari generasi awal yang saleh (salafushalih) yang diantara mereka dijanjikan dan dijamin masuk surga Dalam pemerintahannyapun tentunya sejarah mencatat banyak tentang peradaban-peradaban Islam yg ditorehkan oleh mereka. Namun kali ini saya mengangkat kembali peradaban Islam yang terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan A. Biografi Khalifah Utsman bin Affan Utsman bin Affan (sekitar 574 – 656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW. Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman, Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya. Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi wali kota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan. Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum. B. Pengangkatan khalifah Utsman bin Affan Menjelang wafat, Umar bin Khattab berpesan. Selama tiga hari, imam masjid hendaknya diserahkan pada Suhaib Al-Rumi. Namun pada hari keempat hendaknya telah dipilih seorang pemimpin penggantinya. Umar memberikan enam nama. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auff dan Thalhah anak Ubaidillah. Keenam orang itu berkumpul. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakatpun terbelah. Imar anak Yasir mengusulkan Ali. Begitu pula Mikdad. Sedangkan Abdullah anak Abu Sarah berkampanye keras untuk Utsman. Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi kafir kembali sehingga dijatuhi hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman hukuman tersebut tidak dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah “saudara susu”. Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Saat itu, kehidupan ekonomi Madinah sangat baik. Perilaku masyarakatpun bergeser. Mereka mulai enggan pada tokoh yang keras. Abdurrahman yang juga sangat kayapun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes karena Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu. Maka jadilah Ustman khalifah tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. C. Masa kekhalifahan Utsman bin Affan Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung. a. Pembentukan Armada laut Islam pertama Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut islam sebenarnya telah ada sejak masa kekhalifahan Umar Ibn khattab namun beliau menolaknya lantaran khawatir akan membebani kaum muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada Utsman maka gagasan itu diangkat kembali kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipn sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali dengan sukarela. Berkat armada laut ini wilayah islam bertambah luas setelah menaklukkan pulau Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan. b. Kodifikasi Al – Qur’an Masa penyusunan Al – qur’an memang telah ada pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khaththab yang kemudian disimpan ditangan istri Nabi Hafsah binti Umar. Berdasar pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal Al – Qur’an yang gugur usai peperangan Yamamah. Kini setelah Ustman memegang tonggak kepemimpinan dan bertambah luas pula wilayah kekuasaan Islam maka banyak ditemukan perbedaan lahjah dan bacaan terhadap Al – Qur’an. Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kembali Al – Qur’an yang ada pada Hafsah dan menyeragamkannya kedalam bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara umat dikemudian hari. Seperti halnya kitab suci umat lain yang selalu berbeda antar sekte yang satu dengan yang lainnya. Maka diutuslah beberapa orang kepercayaannya untuk menyebarkan Al – Qur’an hasil kodifikasinya ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria. Kuffah, Syam, Bashrah dan Yaman. Kemudian Beliau menginstruksikan untuk membakar seluruh mushaf yang lain dan berpatokan pada mushaf yang baru yang diberi nama Mushaf Al-Iman. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khatab biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masanya pula, khutbah Idul fitri dan idul adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian. D. Polemik yang terjadi pada masa Utsman Di antara Khulafau rasyidin Usman adalah khalifah yang memerintah Islam paling lama jika dibandingkan dengan ketiga khalifah lainnya. Ia memerintah selama kurun waktu 12 tahun. Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Dalam pemerintahannya, sejarah mencatat telah banyak kemajuan yang dicapai oleh umat Islam saat itu, walau tentunya juga tidak sedikit polemic yang muncul. Secara gamblang pada masa pemerintahan Usman dapat dibagi menjadi dua periode. Periode pertama, pemerintahan Usman mampu menapaki titik klimaksnya hingga bendera Islam meluas hingga perbatasan Al-Jazair bahkan sebagian riwayat menyebutkan sampai pada Tunisia di Al-Maghrib, sedangkan di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di Timur Laut sampai ma wara al-Nah,dan si sebelah Timur seluruh Persia bahkan sampai pada perbatasan Balucistan (wilayah Pakistan sekarang). Selain daripada itu Usman berhasil membentuk armada laut dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan di pihak Islam. Kemudian periode kedua yang diidentkkan dengan kemunduran dengan huru-hara dan kekacauan yang luar biasa sampai Usman wafat. Hal itu ditandai dengan adanya nepotisme yang dilakukan Usman. Ia mengangkat sanak saudaranya dalam jabatan-jabatan strategis, kemudian beurjung dengan rasa pahit yang dirasakan oleh kabilah-kabilah lainnya . Hampir semua pejabat di era Umar dipecat oleh Usman lalu kemudian mengangkat keluarganya sendiri. Oleh karena itu Usman disinyalir telah ber-KKN. Sebagai contoh apa yang dilakukan Usman yang mengindikasikan adanya praktek KKN adalah, ditempatkannya Mu’awiyah ibn Abi Sofyan sebagai Gubenur di Syam, selain dia sebagai keluarga dekat kholifah juga sesama dari satu suku yaitu umayah. Pihak khalifahpun menepis tudingan miring yang dialamatkan pada dirinya. Khalifah berpendapat bahwa para pejabat itu dipilih berdasar kapabilitas serta loyalitasnya yang tinggi, hal itu bisa dilihat pola kerja yang diperlihatkan oleh masing-masing pejabat yang dipilih Usman yang mampu menampilkan pencapaian prestasi yang gemiliang. Sebagai tameng dari semua tudingan tersebut bisa dilihat bagaimana Abdullah Ibn Amir merupakan orang yang mempunyai andil yang besar dalam penaklukan Persia, maka kemudian wajar jika kemudian Kholifah menghadiahkan padanya sebagai Gubenur di Basrah. Begitu juga dengan pejabatpejabat lainnya, kholifah mengangkat mereka berdasar kemampuan, loyalitas dan prestasinya . Jika memang hal ini adalah kebenaran, maka tudingan praktek nepotisme yang dialamatkan padanya adalah bentuk manuver politik yang biasa terjadi di tengah-tengah laju sebuah pemerintahan. Langkah kontroversial Usman memang lebih condong gegabah dan memicu prasangka politik yang tidak sedap. Penunjukan pejabat-pejabat yang mempunyai hubungan kekerabatan semakin mempertajam wacana nepotisme yang terjadi di tengah laju pemerintahannya. Walaupun ternyata Usman mempunyai pertimbangan-pertimbangan rasional, tetapi hal itu tidak mampu membendung hembusan isu politik saat itu. Beberapa kasus yang sengaja diangkat untuk membendung isu politik yang berkembang, seperti dihukumnya Walid yang merupakan pejabat memiliki hubungan keluarga dengan Usman setelah Walid terbukti bermasalah. Hal ini seakan-akan menggambarkan ketegasan Usman dalam menjalankan hukum serta ketidak-berpihakan dirinya. Akan tetapi setelah melalui telaah, ternyata Usman masih setengah-setengah dalam menjalankan hukum yang berlaku, hal itu terbukti dengan dibiarkannya Walid, kemudian pada akhirnya menjadi batu sandungan pada diri Usman sendiri, karena ternyata pada episode yang lain Walid menjadi orang yang melawan pemerintahan Usman. Sisi lain lain lagi yang menjadi catatn penting dalam pemerintahan Usman adalah, mengenai kebijakan pertanahan yang diberlakukan pada masa Umar tidak dijalankan sepenuhnya oleh Usman. Beberap kasus yang terkait pada konteks ini adalah, banyak kaum kerabat Usman menjadi kaya raya dan mengusai banyak tanah diluar Arab. Hal itu tentunya sangat meresahkan rakyat seperti di Kufah dan Mesir. Dominasi tanah subur tersebut dari kalangan orang Arab dan keluarga dekat Usman menjadi catatan hitam pemerintahan Usman sekaligus dapat merugikan Negara seperti pada salah satu pertimbangan diberlakukannya regulasi petanahan yang dicanangkan pada masa Umar . Apa yang dilakukan Usman terkait penyelewenagan regulasi pertanahan tersebut, lambut laun menjadikan para keluarga dekatnya dari bani Umayah mejadi deretan orang-orang kaya. Pada saat itu terjadi semacam ketimpangan sosial, seperti adanya kesenjangan kesejahteraan diantara rakyatnya, sekaligus pada saat yang sama semakin menanjaknya angka kemiskinan waktu itu. Pada saat yang sama, muncullah Abu Dzar Al-Ghifari sebagai seorang yang sholeh di zamannya yang menyarankan agar orang-orang kaya waktu itu diharuskan memberikan hartanya untuk menyantuni fakir miskin. Akan tetapi usulan mulia ini disikapi sebagai manuver politik yang kemudian akhirnya Al-Ghifari dibuang ke Rabaza, daerah gurun pasir, kemudian meninggal di sana dalam keadaan lapar . Sikap Usman yang demikian tentunya sangat memicu terjadinya kemarahan rakyat, sehingga bisa diprediksikan situasi politik waktu itu mendekati taraf gejolak yang tinggi. Suhu politik yang memanas tersebut kemudian dijadikan kesempatan oleh banyak pengacau untuk meruntuhkan pemerintahan Usman, salah satunya adalah seorang Yahudi yang bernama Ibn Saba‟. Kesempatan emas yang digunakan Ibn Saba‟ tatkala kholifah membujuk para pembangkang dari Mesir untuk kembali ke tempatnya masing-masing. Pada saat mereka pulang, mereka mendapati surat dari kurir pemerintah yang menyatakan فاقتلوهم (bunuhlah mereka) yang seharusnya فاقبلوهم (terimalah mereka) namun karena tulisan kholifah waktu itu merupakan B.Arab Gundul akirnya dipahami dan dislahbacakan. Keadaan yang demikian digunakan oleh Ibn Saba‟ untuk membakar emosi mereka, lalu kemudian mereka mendatangi rumah kholifah yang kemudian berakhir dengan terbunuhnya kholifah dalam keadaan membaca Al-Qur’an. Demikian perjalanan pemerintahan Usman yang mempunyai banyak polemik politik dengan dihembuskan isu sentral nepotisme yang kemudian merembet pada persoalan ekonomi. Sekaligus bisa diindikasikan dalam pemerintahan Usman terkesan gegabah, sehingga sering kali digunakan oleh pihak luar untuk kepentingan golongan tertentu. Artinya kondisi Usman waktu itu yang sudah senja secara usia digunakan oleh pihak kerabatnya untuk memperkaya diri. 2.1 Siapa Utsman bin affan itu? Nasab dan Keturunan Ustman bin affan Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan. Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy, al-Umawi Amirul mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua putrid Rasulullah SAW. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muthalib paman Rasulullah SAW. Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surge dan salah seorang anggota dari enam anggota Syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai denga kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar, juga merupakan khulafaur rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan megikuti jejak mereka. Ciri-Ciri dan Akhlak Beliau Beliau adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat,berperawakan sedang, mempuyai tulang persendian yang besar, berbahu biidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yag berwarna sawo matang. Beliau memilki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorog mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal dari pada sesuatu yag fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah terkadang beliau memberikan harta kepaa suatu kaum dan tidak memberi kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian harta rampasan perang Hunain. Islam dan Jihad Utsman bin Affan Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rtasulullah SAW wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau meemai Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya. Istri dan Putra- Putri Beliau Beliau meikahi Ruqoyah binti Rasulullah SAW dan di anugrahi seorang anak yag bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah beliau bernama Abu ‘Amr. Setelah Ruqoyah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kultsum dan kemudian Ummu Kultsum pun wafat. Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan di anugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar. Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama ‘Amr, Khalid, Aban, Umar dan Maryam. Lalu beliau meikah dengan Fatimah binti al-Walid bin Abdusy Syamsy bi al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah al-Walid, Sa’id da Ummu Utsman. Kemudian menikahi Ummu al-Banin bin ‘Uyainah bin Hish al-Fazariyah dan dianugrahi seorang anak yag bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah. Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaiban bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orag anakyang bernama Aisyah, Ummu Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman. Lalu beliau menikah dengan a’ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin ‘Ady bin Junab bin Kalb dan dianugrahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘Anbasah. Ketika terbunuh beliau memiliki empat orang istri : Na’ilah, Ramlah, Ummul Banin, dan Fakhitah. Dikatakan beliau telah menceraikan Ummul Banin disaat beliau sedang terkepung. Masa Kekhalifahan dan Umur Beliau Masa kekhalifahannya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari. Beliau di baiat pada awal bulan Muharam tahun dua puluh empat Hijriah dan terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima Hijriah. Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin Kaitsan berkata, “ beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan.” Dikatakan, “ delapan puluh empat tahun.” Qatadah berkata, “ beliau meninggal pada usia delapan puluh delapan tahun atau Sembilan tahun.” Proses Utsman memeluk Islam Masuknya utsman kedalam islam berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa yang menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang yang bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia sebagai utusan tuhan. Setelah terbangun dari mimpinya beliau bergegas kembali ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan dari kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk islam. Lalu menghadaplah keduanya kepada rasulullah untuk menyatakan keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Di sisi lain Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak. Kontribusi pada masa nabi Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rasulullah SAW wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya. 2.2 Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya? Utsman menjadi khalifah Pembai’atan Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar ibn Khattab untuk menjadi penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh keenam orang sahabat sepanjang sejarah manusia. Pemilihan Ustman sebagai Khalifah Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab yang berlangsung selama 10 tahun, Umar membentuk badan Syura untuk menentukan pengganti kekhalifahannya. Badan Syura ini dia bentuk menjelang wafatnya, dan terdiri dari 6 orang calon yang nantinya dipilih salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka ialah Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Auf. Setelah Umar wafat, badan Syura ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib. Tanggal Pembai’atan Ustman bin Affan Saif bin Umar meriwayatkan dari Umar bin Syubbah dari ‘Amir asy-Sya’bi bahwa ia berkata, “Dewan Syura bersepakat untuk memilih Ustman bin Affan pada tanggal tiga Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat Ashar dan adzan dikumandangkan oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan dan iqamat, kemudian beliau keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau menambahkan hadiah yang diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu mengutus delegasi keseluruh pelosok. Beliau adalah orang pertama yang melakukan hal tersebut.” Ibnu Katsir berkata, “Dari konteks yang telah kita sebutkan bahwa bai’at tersebut dilakukan sebelum tergelincirnya matahari dan pembai’atan belum selesai kecuali setelah Zhuhur. Pada waktu itu Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di masjid Nabawi. Shalat pertama yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan adalah shalat Ashar, sebagaimana yang telah disebutkan oleh asy-Syabi’I dan lain-lain. Masa pemerintahan Utsman adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para Khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses banginya. Para penulis sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa kejayaan masa pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk. Khutbah Utsman bin Affan ketika dibai’at Khutbah pertama beliau dihadapan kaum muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Saif bin Umar dari Badr bin Utsman dari pamanya berkata, “Ketika dewan syura membai’at Utsman bin Affan , dengan keadaan orang yang paling sedih diantara mereka, beliau keluar dan menaiki mimbar Rasulullah SAW dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak. Beliau memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW dan berkata, “Sesungguhnya kalian berada di kampong persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia maka segeralah melalukan kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia dilapisi dengan tipu daya oleh karena itu maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran dari kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena setan tidak pernah lalai terhadap kalian. Mana anak-anak dunia dan temannya yang terpengaruh dengan dunia akan meghabiskan usianya untuk bersenag-senang. Tidaklah mereka jauhi semua itu. Konstitusi Pada zaman pemerintahan Utsman Di zaman kholifah Ustman bin Affan, Islam mengalami perluasan yang lebih pesat dari sebelumnya. Perluasan Islam di masa Utsman bin Affan, yaitu: 1. Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi dibeberapa negeri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam di zaman Umar. Setelah Umar berpulang kerahmatulllah ada daerah-daerah yang mendurhakai kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama. Terutama di daerah khurusan and iskandariah. Pemberontakan di Khurasan dicetuskan oleh pendukung pemerintahan yang lama. Adapun kota Iskandariyah telah diserang kembali oleh bangsa romawi. Dikirimnya kembali tentara yang besar dibawah pimpinan seorang panglima Armenia yang bernama manuel. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Utsman bin Affan. Utsman mengirimkan ke Khursan dan Iskandariyah tentara yang besar jumlahnya dengan perlengkapan yang cukup . Balatentara ini dapat menghancurkan kaum pemberontak serta dapat mengembalikan keamanan dan ketentraman di daerah tersebut. 2. Mengatasi kaum Muhajirin Ketika kaum muhajirin hijrah dari Mekkah ke Madinah. Mereka dihadapkan pada masalah kesulitan air. Di sana memang ada sebuah sumur . tetapi sumur itu milik seorang Yahudi dan sengaja airnya ia perdagangkan. Oleh karena itu Rasulullah SAW amat berharap ada salah seorang yang mampu membeli sumur itu untuk meringankan beban kaum muhajirin yang telah menderita. Karena harta bendanya mereka tinggalkan di Mekkah. Mengetahui kejadian itu Utsman bin Affan pergi kerumah orang Yahudi itu untuk membeli separuh sumur tersebut. Setelah tawar menawar disepakati harga itu 12.000 dirham dan dengan perjanjian satu hari hak orang Yahudi dan keesokan harinya untuk Utsman. Pada giliran Utsman, kaum muslimin bergegas mengambil airnya untuk kebutuhan dua hari dengan demikian si Yahudi merasa rugi, karena tidak ada yang membeli air pada gilirannya Orang yahudi itu mengeluh kepada Utsman dan akhirnya dia menjual harga sumur itu kepada Utsman dengan harga 8.000 dirham. Sumur “raumah” mengalirkan air yang melimpah bagi kaum muslimin dengan gratis. Itulah kedermawanan Ustman r.a. Setelah peristiwa tersebut Rasulullah menikahkan putrinya ummu kaltsum dengan Ustman bin affan r.a. Oleh karena itulah Ustman bin affan mendapat julukkan “Dzunnurain” yang memiliki dua cahaya. Yang dimaksud dua cahaya ialah mengawinkan dua orang putra Rasulullah SAW. 2. Pengumpulan Mushaf Ustman bin affan juga berperan dalam penulisan mushaf Al-Quran, dalam masa pemerintahannya beliau telah menyatukan kaum muslimin pada satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Quran terakhir yang diajarkan oleh jibril kepada Rasulullah SAW yakni ketika jibril mendiktekan Al-Quran kepada Rasulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau. Ustman bin affan mengumpulkan para sahabat dan mengajak mereka untuk memusyawarahkan perkara tersebut. Beliau berpendapat bahwa Al-Quran harus ditulis dalam satu Qiro’ah(bacaan) dan menyatukan seluruh daerah pada satu bacaan saja untuk menghentikan perselisihan dan menghindari perpecahan. Beliau meminta dan memerintahkan Zaid bin Tsabit al-anshory untuk menuliskannya dengan didektekan oleh Sa’id bin ‘Ash al-Umawy dengan disaksikan oleh Abdullah bin Zubair al-asady dan Abdur rahman bin harist bin hisyam al-Makhzumy. Dan jika masih ada perselisihan, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa arab Quraisy. Setelah ditulis dalam satu mushaf, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis sebanyak 7 buah untuk dikirim ke daerah penduduk syam,penduduk mesir,penduduk basrah, kufah, begitu juga ke makkah dan yaman, serta ke madinah. Mushaf-mushaf tersebut disebut dengan mushaf al-aimmah atau mushaf Ustmaniyah, dikarenakan penulisan mushaf tersebut terjadi pada masa pemerinthan kholifah Usman bin affan. Kemudian Ustmanbin affan mengumpulkan semua mushaf yang beredar di kalangan masyarakat yang berbeda dengan mushaf tersebut lalu membakarnya agar tidak lagi timbul perselisihan. 4. Perluasan Islam Perluasan islam boleh dikatakan semua daerah yang telah dicapai Islam dimasa umar. Perluasan Islam di masa Utsman telah bertambah dengan perluasan ke laut, kaum muslimin telah mempunyai angkatan laut. Kemudian negeri-negeri Armenia dan beberapa bagian thabaristan. Bahkan kemajuan tentara Islam telah sampai dan melampaui sungai jihun (ama daria). Jadi daerah-daerah ma’waraan nahri” (negeri-negeri seberang sungai jihun telah masuk di wilayah Negara Islam. Negeri Harah, Kabul dan Ghazbah di Turkistan telah diduduki kaum muslimin dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sofyan tahun 28 H. Salah satu pertempuran yang paling penting dilaut pertempuran “Dzatis Sawari” (Pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31H di laut tengah dekat kota Iskandariyah antar tentara romawi dibawah pimpinan kaisar Constantie dengan balatentara bawah islam dibawah pimpinan Abdullah ibn Abi Sarah yang menjadi gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan “Dzatis sawar (pertempuran tiang kapal) karena banyaknya kapal-kapal perang yang bertempur dalam peperangan ini adalah 1200 buah kepunyaan kaum muslimin dan yang selebihnya kepunyaan bangsa romawi dalam peperangan ini kaum muslimin telah berhasil mengalahkan antara romawi. 5. Perluasan Masjid Pada tahun 29 hijriyah tepatnya pada bulan robi’ul awal, kholifah Ustman bin affan memperluas masjid nabi SAW dan membangunnya dengan batu kapur yang diangkut dari daerah nakhl dan batu berukir, tiang-tiangnya dari batu bundar, atapnya dari kayu jati, panjangnya seratus enam puluh hasta, lebar seratus lima puluh hasta dan membuat enam pintu sebagaimana pada zaman Umar bin Khaththab. Pada tahun berikutnya, Ustman bin affan melepaskan al-walid bin’utbah dari jabatan gubernur daerah kufah dan menggantinya dengan Sa’id bin ‘Ash. Pada tahun ini pula terjadi perselisihan di negeri syam dengan muawiyyah dan abu dzar yakni bahwa Abu Dzar mengkritik mu’awiyyah dalam beberapa permasalahan. Kesulitan yang dihadapi pada masa pemerintahan Ustman bin affan Pada masa kholifah Ustman bin affan banyak sekali pemberontakan yang terjadi karena kholifah Ustman lebih banyak memasukkan anggota keluarga untuk menjadi anggota pemerintahan. Yang pada akhirnya menjadikan mereka memusuhi beliau dan akhirnya membunuh beliau. Wafatnya Ustman bin Affan Utsman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode, pada periode pertama ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan politik berbalik mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti, petisi dan intrik merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari Jum’at, tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Utsman sedang membaca Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah. Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Utsman, nampaknya berawal dari sistem kepemimpinan Khalifah Utsman sendiri yang dinilai tidak adil dan tidak bijaksana. Diketahui bahwa selama Utsman berkuasa, ia banyak mengangkat kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya mengangkat pula orang-orang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara. Marwan telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya, sedangkan Utsman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung jawab atau menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama Hisyam paman Utsman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan. Hisyam misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah SAW. Tetapi pada zaman Utsman, ia bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi hadiah seratus ribu mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara Marwan diangkat sebagai sekretaris negara. Selain itu Utsman mengangkat pula Muawiyah sebagai gubernur di Siria, dan Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah dikenal sebagai musuh Rasululloh yang paling ganas pada perang Uhud. Sedangkan Abdullah bin Sa’ad pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah pada saat ia menjadi sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi kedudukan oleh Utsman. Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa kematian Utsman, disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut : 1. Utsman tertalu baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para pejuang angkatan pertama dari kalangan kerabatnya. 2. Utsman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun hal demikian tidak berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan pemerintahan kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan pemerintah yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang dapat dipercaya. 3. Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali belum kuat keislamannya. 4. Utsman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa tidak puas. 5. Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya kafir. Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Utsman serupa itu (nepotisme), maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Utsman khususnya dan pelajaran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya menyokong Utsman, akhirnya berpaling menjadi lawannya. Sementara itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah kekuasaan Utsman berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut kurang diperhatikan, bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan dengan itu terdapat gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang diketuai oleh Muhammad, putera Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan keberatan-keberatan kepada khalifah Utsman. Menghadapi huru-hara dan gejolak politik seperti itu, Utsman pernah meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib dan Ali mengatakan kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan segala usul dan protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali tidak ia hiraukan. Dari pihak Utsman malah mengirim surat kepada Kepala daerah di Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh toko-toko Mesir dalam perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang dari mereka berhasil menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan berhasil membunuh Khalifah Utsman. Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat peranan yang dimainkan oleh Abdullah bin Saba’ (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam). Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena kelemahan politik Khalifah Utsman. 3. Apa saja ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan? Ustman bin Affan adalah seorang yang memilki akhlak mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. BAB III Kesimpulan Keberhasilan Rasulullah dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas. Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan islam kehilangan peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada satu namapun. Ditangan salah satu kholifah yang bernama Ustman bin Affan inilah islam mencapai puncak kejayaannya. Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah. Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah. Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering. Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur. Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf. Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifa. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak selama 40 hari. Usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.aw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar