Kamis, 22 Oktober 2015

makalah ilmu kalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita mengetahui bahwa ilmu kalam adalah disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur’an yang selama ini kita baca dan menjadi panutan hidup umat manusia adalah hadist Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad namun ada pula yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah murni Qadim dari Allah semata yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Jika pembicaraan ilmu kalam hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus di pegang oleh umat islam, tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid. Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari ilmu kalam ? 2. Apa pengertian dari ilmu filsafat? 3. Apa pengertian dari ilmu tasawuf? 4. Apa persamaan dari ilmu kalam, filsafat dan ilmu tasawuf? 5. Apa perbedaan dari ilmu kalam, filsafat dan ilmu tasawuf? 6. Bagaimana hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu filsafat? 7. Bagaimana hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu tasawuf? C. Tujuan 1. Untuk memahami pengertian dari ilmu kalam 2. Untuk memahami pengertian dari ilmu filsafat 3. Untuk memahami pengertian dari ilmu tasawuf 4. Untuk mengetahui persamaan dari ilmu kalam, filsafat dan ilmu tasawuf 5. Untuk mengetahui perbedaan dari ilmu kalam. Filsafat dan ilmu tasawuf 6. Untuk memahami hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu filsafat 7. Untuk memahami hubungan antara ilmu kalam dengan ilmu tasawuf BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ilmu Kalam Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain ushuluddin, ilmu tauhid, Al-Fiqh Al-Akbar dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama (Ushuluddin). Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT. Didalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan a’fal (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan jaiz. Ilmu tauhid sebenarnya adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Al-Fiqh Al-Akbar merupakan istilah bagi Abu Hanifah memberikan nama ilmu ini. Didalamnya dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan istilah keyakinan atau pokok-poko agama atau ilmu tauhid. Sedangkan teologi Islam merupakan istilah lain dari ilnu kalam. Teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independen filsafat dan ilmu pengetahuan. Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas tentang Dzat dan sifat-sifat Allah serta eksistensi semua yang mukmin, mulai yang berkenaan dengan masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam. Stressing akhirnya memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis. Ilmu kalam juga dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu mengandung argumentasi-argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional. B. Pengertian Ilmu Filsafat Filsafat berasal dari bahasa yunani philosophia. Yang berarti adalah cinta philia kebijaksanaan ( sophia ). Menurut analisis, kata ini muncul dari mulut phytagoras yang hidup diyunani kuno pada abad ke-6 sebelum masehi. Oleh karena itu, orang yang mencintai kebijaksanaan disebut sebagai philosophos atau filsuf. Orang yang mencintai kebijaksanaan bukanlah orang yang sudah memiliki kebijaksanaan, melainkan orang yang terus berupaya mencari kebijaksanaan. Tujuan utama dari penyelidikan filosofis adalah untuk memastikan karakter tertinggi dari realitas. Realitas adalah eksistensi yang mendasari semua yang nampak, tetapi realitas benar-benar merupakan kualitas yang tidak dapat dilukiskan. Kesulitan mendiskusikan pokok-pokok bahasan filsafat, sekarang menjadi nyata. Harus berhadapan dengan alam sebagai suatu keseluruhan dan mencoba untuk menyelidiki hakikat yang ada yang mendasari alam dimana saja, disemua waktu maupun keadaan. Pokok bahasan filsafat begitu luas bagi seseorang bahkan bagi sekelompok orang yang mengadakan penyelidikan secara adekuat. Adapun titik temu antara agama dan filsafat adalah keduanya pada dasarnya mempunyai kesamaan, yaitu memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud adalah agama samawi, yaitu agama yang diwahyukan oleh Tuhan kepada Nabi dan Rasul-Nya. Dibalik persamaan itu terdapat perbedaan pula. Dalam agama, ada hal-hal yang penting, misalnya Tuhan, kebijakan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan lainnya. yang juga diselidiki oleh filsafat karena hal-hal tersebut ada atau paling tidak mungkin ada, karena objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Alasan filsafat menerima kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan penyelidikan, hasil pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu. Lapangan filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, tetapi dasarnya amat berlainan. C. Pengertian Ilmu Tasawuf Secara lughat, tasawuf berasal dari bermacam-macam kata. Menurut Hamka dalam buku Tasawuf Modern, tasawuf berasal dari berbagai kata seperti shifa berarti “suci bersih”, shuf berarti “bulu binatang” dan shufah yang berarti “golongan sahabat Nabi yang memisahkan diri di suatu tempat terpencil disamping maskid Nabi”. Apabila kita perhatikan dari bahasa Arab, maka kata tasawuf berasal dari tasrif: tasawwaf-yatasawwafu-tasawwafun. Misalnya, tasawwafar-rajulu artinya “seorang laki-laki sedang bertasawuf” Dilihat dari aspek bahasa, tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban demi kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap dan jiwa demikian itu pada hakikatnya merupakan akhlak yang mulia. Kemudian, pengertian tasawuf secara definitif, banyak dilontarkan oleh para ahli. Beberapa pengertian menurut pemikir dan cendikiawan Muslim adalah : 1. Tasawuf adalah istilah khusus dari mistisisme dalam Islam. Tujuan mistisisme adaah mencari hubungan langsung dengan Allah. Intisari mistisisme termasuk didalam tasawuf ialah kesadaran tentang adanya komunikasi dan dialog antara manusia dengan Allah SWT. 2. Menurut beberapa ahli bahasa dan sejarah dewasa ini perkataan sufi bukan berasal dari bahasa arab, melainkan dari bahasa Yunani lama yang telah dibahasa arabkan. Yaitu berasal dari kata theosofi yang artinya adalah ilmu ketuhanan kemudian diucapkan dengan lidah orang Arab sehingga berubah menjadi tasawuf. D. Persamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Ilmu Tasawuf Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai objek kajian yang mirip. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat pun adalah msalah ketuhahan disamping. masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yaitu upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu sama-sama membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhahan. Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental). Kerelativan hasil karya logika telah menjadikan kebenaran yang dihasilkan menjadi beragam. Baik ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hasil yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau ilmu pengetahuan karena diluar atau diatas jangkauannya) atau tentang Tuhan. Sementara itu, ilmu tasawuf juga dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan. E. Perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Ilmu Tasawuf Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliah untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, sangat tampak nilai-nilai apologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode dialektika (jadaliah) dikenal juga dengan dialog keagamaan. Sebagai sebuah keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktik dan pelaksanaan ajaran agama serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. Sementara itu, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengembarakan atau menelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan oleh Socrates adalah upaya berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan berbagai konsep. Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika, didalam filsafat disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan korespondesi, kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan fakta-fakta dengan data fakta. Dengan bahasa yang sederhana, kebenaran adalah persesuaian antara yang ada di dalam rasio dengan kenyataan yang sebenarnya di alam nyata. Di samping kebenaran korespondensi, di dalam filsafat juga dikenal kebenaran koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran adalah kesesuaian antara pertimbangan baru dengan pertimbangan yang telah diakui kebenarannya secara umum dan permanen. Jadi, kebenaran baru akan dianggap tidak benar jika tidak sesuai dengan kebenaran yang selama ini dianggap benar oleh ulama umum. Di samping dua kebenaran diatas, di dalam filsafat dikenal juga kebenaran pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme, kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan (workability) dengan dampaknya yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar jika kebenaran itu tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan. Sementara, ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh karena itu, antara filsafat dan tasawuf sangat distingsif. Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf sangat subjektif sifatnya, yaitu sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Resikonya, bahasa tasawuf sering tampak aneh dilihat dari aspek rasio karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaran nya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan bermacam-macam). Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran “Hudhuri”. Suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek sehingga dalam sains dikenal istilah objeknya swa-objek atau objeknya tidak objektif. Ilmu seperti ini dalam sains dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge bukan ilmu proposional. Dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Sementara filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat. Sains berkembang menjadi sains kealaman, sosial dan humaniora, sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat klasik, pertengahan dan modern. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoritis. F. Hubungan antara Ilmu Kalam dengan Filsafat Keduannya sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia memahami keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Upaya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan itulah yang dapat mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa. Dan dapat disimpulkan bahwa, filsafat lebih bersifat teoritis, sementara tasawuf lebih bersifat praktis. Artinya, antara filsafat islam dan tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia agar memahami keberadaan Allah. Filsafat sebagai sarana teoritis yang dapat mengantarkan manusia kepada keyakinan praktis. Keyakinan praktis inilah yang menjadi wilayah tasawuf. Jadi, tujuan belajar filsafat islam adalah mencapai wilayah tasawuf. G. Hubungan antara Ilmu Kalam dengan Ilmu Tasawuf Kajian ilmu kalam akan lebih terasa maknanya jika diisi dengan ilmu tasawuf. Sebaliknya, ilmu kalam pun dapat berfungsi sebagai pengendali tasawuf. Jika ada teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak sesuai dengan kajian ilmu kalam tentang Tuhan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadis, hal ini mesti dibetulkan. Demikian terlihat hubungan timbal balik di antara ilmu tasawuf dan ilmu kalam. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Baik ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hasil yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau ilmu pengetahuan karena diluar atau diatas jangkauannya) atau tentang Tuhan. Sementara itu, ilmu tasawuf juga dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan. Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliah untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, sangat tampak nilai-nilai apologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode dialektika (jadaliah) dikenal juga dengan dialog keagamaan. Sebagai sebuah keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktik dan pelaksanaan ajaran agama serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. B. Saran Diharapkan para mahasiswa dan umumnya pada kita semua, untuk mempelajari ilmu kalam, tasawuf dan filsafat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Dan mengetahui peranan tasawuf, filsafat dan ilmu kalam. Ketiganya sangat berperan penting dalam bidang keilmuan dan sebagai wacana keislaman. Oleh sebab itu, kita sebaiknya mengetahui secara spesifik perbedaan dan persamaan antara ketigannya. Agar kita, khususnya mahasiswa tidak salah mengartikan tentang ilmu kalam, filsafat dan tasawuf. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia. 2012 Rozak, Abdul , Filsafat Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 2010 Sarwar, H.G. Filsafat Al-Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet 4 1994 Sholihin, M dan Rosyid Anwar. Akhlak Tasawuf. Bandung: Penerbit Nuansa.Cet 1 2005 http://jumaidi07.blogspot.co.id/2014/12/makalah-ilmu-kalam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar