Kamis, 22 Oktober 2015

mengatasi masalah sosial secara islami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak masalah-masalah sosial yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan kita semua. Masalah sosial seharusnya harus diselesaikan bersama dan bukan hanya sebagian atau beberapa orang, melihat Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomer 4 di dunia yakni pasti penduduk Indonesia sangat banyak. Semakin banyak individu akan semakin banyak pula persoalan yang dihadapi masing-masing individu. Kali ini kami akan membahas beberapa solusi penyelesaian beberapa persoalan masalah-masalah sosial yang ada, yakni : kemiskinan, pengganguran, urbanisasi, transmigrasi, narkoba, prostitusi, konflik sosial, korupsi, kolusi dan terakhir nepotisme. Masalah-masalah sosial tersebut dapat diselesaikan melalui beberapa aspek yakni : pendidikan, hukum, HAM, keluarga dan lingkungan. Tentunya setiap aspek memiliki keutamaan masing-masing yang semuanya harus dijalankan dengan seimbang dan tidak boleh lebih mengutamakan hanya satu aspek saja dan yang lain tidak dihiraukan. Jadi pada intinya semua aspek sangat berhubungan yang apabila dilaksanakan dengan baik, benar dan tepat akan dapat mengatasi masalah-masalah sosial yang telah kami sebutkan diatas tadi. Permasalahan sosial bukanlah sebuah masalah sepele yang apabila kita diamkan lambat laun akan menghilang dengan sendirinya. Tentunya tidak akan terjadi seperti itu tetapi harus ada tindakan yang bertujuan untuk mengurangi bahkan untuk menyelesaikannya hingga tuntas maslah-maslah sosial tersebut. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana mengatasi masalah sosial kemiskinan dan penganguran melalui pendidikan, hukum, HAM keluarga dan lingkungan ? b. Bagaimana mengatasi masalah sosial melalui pendidikan, hukum, HAM keluarga dan lingkungan ? c. Bagaimana mengatasi masalah sosial pendekatan keluarga dan lingkungan ? C. Tujuan Pembahasan a. Tujuan Umum Memenuhi Tugas Wawasan tentang masalah sosial b. Tujuan Khusus Dapat memahami bagaimana cara-cara penyelesaian masalah-masalah sosial melaluli pendidikan, hukum, HAM, keluarga dan lingkungan BAB II PEMBAHASAN A. Masalah Kemiskinan Alternatif dan solusi tentang kemiskinan dan pengganguran. Kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.Kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu : - Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan - Posisi manusia dalam lingkungan sekitar - Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute  Kemiskinan Relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata – rata dan distribusi yang dimaksud.  Kemiskinan Absolut adalah derajat dari kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Pengganguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran menurut Badan Pusat Statistik Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan Penduduk usia kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Angkatan Kerja ( labour force ) adalah penduduk usia kerja ( 10 tahun – 65 tahun ) yang mampu dan ingin bekerja. b. Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk di luar usia kerja atau penduduk usia kerja tetapi tidak mampu / tidak mau untuk bekerja. Misalnya : anak sekolah, mahasiswa ibu rumah tangga, dll. Kemiskinan dan pengangguran adalah suatu masalah sosial yang harus segera dituntaskan dan dicari solusinya dengan berbagai cara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, mulai dari aspek pendidikan, hukum, keluarga, dan lingkungan. B. Pendidikan Alternatif dan solusi melalui pendidikan, pendidikan dapat mendidik seseorang memiliki ketrampilan dan keahlian agar dapat ia gunakan dalam bekerja bahkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, dengan begitu penganguran dapat berkurang dan pengentasan kemiskinan semakin menemui jalan keluarnya. Pendidikan juga dapat menjadi sebuah sarana untuk mengembangkan suatu bakat yang tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang non akademik. Salah satu caranya yakni banyaknya dibuka sekolah berbasis kejuruan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang menyiapkan lulusannya agar langsung siap dalam dunia kerja. Sekalipun fakta membuktikan tidak hanya orang yang tidak berpendidikan yang yang menggangur dan miskin, tetapi juga orang-orang yang berpendidikanpun juga banyak yang mengangur dan miskin. Ini disebabkan karena kurangnya kesempatan kerja yang seharusnya dapat diciptakan orang itu sendiri karena kesempatan tidak hanya untuk ditunggu tapi juga untuk diciptakan, demi berkurangnya pengganguran dan menurunnya angka pengganguran serta kemiskinan. Selain punca-punca lain, terdapat punca lain yang mendatangkan gejala sosial adalah globalisasi dan modenisasi. Perubahan-perubahan pantas tahap nasional berlaku kerana perubahan pada arus global yang digelar globalisasi. Globalisasi tidak saja ditanda dengan dominasi ekonomi tetapi ia merentasi ke arah budaya dan pemikiran. Pembudayaan kota (city culture) menuruti landasan Barat berlaku dengan lebih pantas dan agresif dengan adanya teknologi maklumat dan multimedia sebagai kenderaan yang amat berkesan untuk melakukan agenda globalisasi. Manusia mempunyai sifat ingin tahu terhadap perkara baru dan trendy, iaitu bukan dari budaya ketimuran. Tidak mustahil kita akan jatuh terpengaruh dan mengikut arah aliran kebaratan, terutama sekali golongan belia. Contohnya seperti mewarnakan rambut, memakai anting-anting atau tatu bahkan sampai kepada hal-hal yang sangat teruk seperti pengambilan minuman keras dan pergaulan bebas yang boleh menjurus kepada masalah- masalah gejala sosial yang lebih serius. Mungkin sesetengah orang menganggap ini merupakan satu fenomena yang biasa namun di negara yang masih berpegang teguh pada falsafah Melayu Islam Beraja (MIB) seperti Brunei Darussalam, ia merupakan satu perkara yang keterlaluan dan perlu dielakkan. Globalisasi bergerak seiringan dengan modenisasi. Dalam dunia serba moden ini, masyarakat mementingkan prestij dan kemewahan, oleh sebab itu mereka menjadi semakin individualistik dan materialistik. Bandingkan dengan masyarakat tradisional, masyarakat moden mempunyai cita-cita tinggi, kompetitif dan tidak lagi menganggap saudara-mara atau jiran-jiran sebagai kelompok rujukan, bahkan adat tradisional juga sudah ditinggalkan. Bukan saja berpaling daripada budaya kita sebagai orang Melayu tetapi juga daripada tuntutan agama Islam. Ukhuwah atau persaudaraan adalah sesuatu yang amat dituntut dalam Islam memandangkan ianya akan dapat mengukuhkan perpaduan sesama manusia, khususnya sesama muslim. Firman Allah SWT : “Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku puak, supaya kamu saling berkenalan. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antaramu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya.”Al Hujuraat: Ayat 13.’’ Semua orang mukmin adalah bersaudara, dan oleh yang demikian, ishlah (atau perhubungan baik) perlukan diwujudkan. Sekiranya terjadi ketidaksefahaman antara dua kelompok orang Islam, maka al-Quran telah memberikan contoh penyebab yang menyebabkan keretakan hubungan, sekaligus melarang setiap Muslim dari melakukannya. Untuk mengelakkan keretakan perpaduan dalam kalangan manusia akibat dari perbuatan devein gejala sosial, maka beberapa langkah pendekatan untuk mengurangkan masalah gejala sosial harus diambil. C. Langkah pendekatan untuk mengurangi maslah gejala sosial Terdapat berbagai jenis kaedah yang boleh diambil. 1. Peranan Ibubapa Menurut Mazlan (2008) dalam artikel di laman blognya yang bertajuk Punca-punca Dan Cara-cara Mengatasi Masalah Disiplin mengatakan bahawa antara punca paling utama yang menyumbang kepada kebejatan masalah sosial ialah kurangnya kasih sayang dari keluarga. Justeru, menurut Lokman Mohd Hashim (2009) dalam artikel di blognya bertajuk Masalah Sosial Di Kalangan Remaja : Punca Dan Penyelesaian, antara langkah penyelesaian yang harus diambil ialah menghidupkan kembali peranan ibubapa yang aktif dalam memastikan tahap akhlak dan keperibadian anak-anak sentiasa utuh dalam diri mereka. Peranan ibu bapa adalah amat penting dalam memberikan perhatian yang serius terhadap anak-anak mereka. Ibu bapa mestilah memperhatikan setiap gerak-geri atau pergerakan anak-anak mereka. Ibu bapa hendaklah sentiasa mengetahui dan mengenal pasti masalah yang dihadapi oleh anak mereka serta sanggup meluangkan masa untuk mengatasai masalah tersebut. Menurut Nik Salida Suhaila Nik Saleh (2010) dalam tulisannya di akhbar Berita Harian Online bertajuk Kekeluargaan Renggang Punca Masalah Sosial, beliau menyatakan bahawa akibat dari kesibukan kedua ibubapa mengejar kerjaya, kelihatan hari ini masalah kebejatan sosial dalam keluarga hanya dipandang sepi dan remeh. Jika semakin membarah baru hendak diambil tindakan. Sewaktu itu nasi sudah menjadi bubur bagi ibubapa tersebut. Selain itu ibubapa juga seharusnya mengetahui rakan-rakan anak mereka dan sentiasa memastikan anak-anak mereka berkawan dan bergaul dengan mereka yang mempunyai kedudukan moral yang baik. Selain itu ibu bapa hendaklah menghabiskan sebahagian daripada masa seharian bersama anak-anak mereka dengan memberikan keyakinan, keberanian, mewujudkan sikap positif terhadap masalah, emosi dan keputusan. Selain itu tingkatkan penghayatan anak-anak terhadap agama, nilai-nilai murni, motivasi, melatih anak cara bersopan, prinsip-prinsip akauntabiliti, tepati janji, berketerampilan, menunjukkan keperibadian yang mulia, amanah, sanggup menerima kelemahan diri serta meneroka potensi anak. Ibu bapa hendaklah menjadi role model kepada anak. 2. Peranan Pihak Sekolah Menurut Lokman Mohd Hashim (2009) Peranan pihak sekolah terutama dari aspek akademik. Ini boleh dilakukan dengan menambahkan aktiviti-aktiviti berteraskan akademik dan separa akademik seperti kegiatan ko-kurikulum di sekolah. Begitu juga dengan perubahan-perubahan teknik-teknik pengajaran seperti penggunaan komputer, video, bantuan alat pandang dengar dan teknik pengajaran luar kelas. Pihak sekolah juga perlu mewujudkan sistem perundangan di sekolah. Peruntukan undang-undang di peringkat sekolah boleh menimbulkan rasa takut di kalangan pelajar sekolah, di samping mengurangkan beban dan tanggungjawab pihak sekolah dan pihak ibu bapa dalam pengawasan disiplin. Penguatkuasaan Undang-Undang oleh pihak berkuasa seperti polis. Bidang kuasa polis yang sedia ada perlu digunakan oleh pihak pentadbir sekolah dalam mendisiplinkan pelajar-pelajar. Pihak pentadbir hendaklah mengambil kesempatan dengan merujuk masalah pelajar ini kepada pihak polis. Selain langkah perundangan, langkah-langkah pencegahan yang bersesuaian hendaklah diadakan seperti kaunseling di peringkat sekolah. Kaunseling di peringkat sekolah adalah penting dalam membantu remaja mengatasi masalah mereka. Program ini akan lebih bermakna sekiranya kaunselor-kaunselor yang berkelayakan dan berpengalaman dilantik dalam memantapkan pelaksanaan dan keberkesanan kaunseling tersebut. Kewujudan Persatuan Ibu Bapa dan Guru (PIBG) juga perlu diperkasakan dengan memainkan peranan yang penting. Pertemuan yang lebih kerap antara ibu bapa, penjaga dan guru perlu diadakan khasnya bagi pelajar-pelajar yang bermasalah. Ibu bapa seharusnya menerima teguran daripada guru dengan sikap terbuka dan positif. PIBG janganlah jadi umpama “Kucing tak bergigi, Tikus lompat tinggi-tinggi” Sekolah mempunyai fungsi yang tersendiri dalam mendidik generasi baru dengan akhlak Islam. Antara lain sekolah boleh menggandakan keberkesanan institusi pendidikan, menambahkan produktivitinya, meningkatkan kewibawaannya di kalangan setiap anggotanya baik mereka itu pelajar atau petugas. Boleh juga memperbaiki suasana persekolahan, mendaulatkan undang-undang atau peraturan Islam khasnya yang berkaitan dengan persekolahan, memperbaiki hubungan antara sesama anggota sekolah atau institusi. Pihak sekolah juga perlu memancangkan dengan teguh akan nilai-nilai murni dan akhlak yang baik seperti ketaatan atas dasar kesedaran menghormati peraturan dan pihak yang berwewenang, menjaga perasaan orang lain, menjaga standard layanan dalam berinteraksi, berkorban untuk kepentingan ramai, bekerjasama, melakukan self-criticism, mengawal diri, menghargai ilmu, menghormati ulama' dan sebagainya. Membaiki prestasi persekolahan murid-murid dari segi kualiti dan kuantiti, mendidik mereka dari segi agama, akhlak dan sosial secara wajar dan sihat, mempersiapkan mereka agar dapat memikul tugas dan tanggungjawab yang bakal mereka hadapi; di samping melatih mereka menghukum atau menilai diri sendiri sebagai seorang yang berfikiran matang dan bebas. Bimbingan dan nasihat yang lemah lembut tetapi tegas kadang-kadang lebih meninggalkan kesan di dalam hati serta dipatuhi. Hukuman atau penderaan bukanlah langkah utama yang merupakan satu-satunya penyelesaian. Penderaan adalah langkah terakhir apabila contoh yang baik, nasihat dan hubungan kasih sayang antara anak dan bapa atau guru tidak mampu lagi untuk digunakan. Rasulullah bersabda yang bermaksud : "Suruhlah anak-anak kamu menunaikan solat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka (kerana enggan sembahyang) apabila umur mereka sepuluh tahun". (Hadith diriwayatkan oleh Abu Daud). Demikianlah dalam Islam pembelajaran tidak dimulai dengan rotan atau hukuman. Malah di dahului oleh berbagai cara dan pendekatan untuk memupuk kebiasaan dan akhlak yang terpuji seperti melatih bersembahyang dengan menggunakan kecenderungan meniru yang menjadi pembawaan kanak-kanak dan dengan rasa yang penuh kasih sayang dari orang dewasa. Misalnya dengan memaparkan contoh, nasihat, perkataan yang baik, teguran yang lemah lembut tetapi tegas dan sebagainya. Sekiranya cara-cara tersebut gagal barulah dikenakan sedikit kekerasan yang bertujuan mendidik bukan yang menimbulkan kecacatan fizikal dan sebagainya. Firman Allah : فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنْ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ "Dengan rahmat Allah kepadamu itu maka engkau berlemah lembut menghadapi mereka. Seandainya hatimu keras dan (sikapmu) kasar nescaya mereka bubar dari sekelilingmu. (Surah Ali Imran : ayat 159) 3. Peranan Media Massa Media massa merupakan satu mekanisme yang mempunyai pengaruh yang amat besar dan berkesan di dalam pembentukan keperibadian manusia. Ia merupakan agen sosialisasi dan memainkan peranan penting di dalam menanam dan menggalakkan amalan-amalan berakhlak di dalam masyarakat. Media massa mampu mencorakkan hati budi, mentaliti dan sahsiah umat khasnya yang beroperasi 24 jam. Media tersebut perlu bebas dari cengkaman faham sekularisme, budaya komersial yang melampau, faham kebendaan dan dorongan untuk hidup secara mewah dan berpoya-poya. Media massa hendaklah mempunyai asas falsafah dan dasar-dasar komunikasi yang selaras dengan nilai-nilai akhlak Islam. Para petugas media massa hendaklah meningkatkan rasa akauntabiliti, tanggungjawab dan kewajipan mereka untuk memihak dan menegakkan nilai-nilai luhur seperti kebenaran, kejujuran dan sebagainya. Para pengguna media massa terutama golongan yang bertanggungjawab seperti ibubapa, guru, pemimpin politik dan pentadbir hendaklah lebih bijaksana dalam mengarah, membimbing, meningkatkan rasionaliti, kematangan dan kewaspadaan serta keupayaan memilih siaran yang lebih bermanfaat untuk ditontoni oleh anak-anak atau orang-orang yang di bawah jagaan mereka. Media massa juga sebenarnya boleh menjadi wahana cultural domination dan imperialisme melalui berbagai saluran teknologi maklumat yang canggih seperti internet, multimedia dan sebagainya. 4. Peranan Rakan Sebaya Rakan merupakan antara agen sosial yang berpengaruh di dalam membentuk sikap dan akhlak individu ialah rakan sebaya. Rakan sebaya merupakan kelompok rujukan bagi remaja di dalam tingkah laku mereka. Perasaan "sense of belonging" kepada kumpulan adalah suatu yang lumrah. Remaja akan mengubahsuai dan mengadaptasikan nilai-nilai rakan sebayanya untuk mendapat penerimaan dan pengakuran mereka. Remaja memang menyedari adanya jurang generasi antara mereka dengan kumpulan dewasa dan mereka sering berhadapan masalah dalam mewujudkan hubungan dengan generasi yang lebih tua. Kajian yang dilakukan oleh Lambert dan rakan-rakannya (1972) menunjukkan remaja menghadapi berbagai konflik apabila mereka berusaha merentasi jurang generasi (generation gap) tersebut antara pemikiran mereka dan pemikiran ibubapa mereka. Kajian menunjukkan bahawa masalah remaja lelaki dan perempuan adalah :  Kesukaran untuk membincangkan permasalahan mereka dengan para ibubapa mereka dan para penjaga mereka  Kesukaran untuk memberitahu ibubapa dan penjaga mereka mengenai apa yang mereka lakukan  Wujudnya jarak yang agak lebar antara jalan fikiran mereka dengan jalan pemikiran ibubapa dan penjaga mereka. Oleh kerana itu golongan remaja umpamanya sering merujuk rakan sebaya dan kelompok sosial tertentu untuk mendapat bimbingan ke arah menyelesaikan masalah mereka. Kesilapan di dalam memilih kelompok rakan setara samada bersahabat dengan penagih dadah, kutu lepak, gangster atau kumpulan samseng, bohsia dan sebagainya pasti akan mengakibatkan kemusnahan akhlak golongan remaja dan dewasa. 5. Peranan Rumah Ibadah Menurut Asnah Hamid (2007) lagi melalui artikel dalam blognya yang bertajuk Masalah Sosial Di Kalangan Remaja Kini, beliau menyatakan bagi umat Islam, rumah ibadat yang paling penting ialah masjid. Di sinilah umat Islam sering berkumpul untuk menyembah Allah secara berjemaah. Sebab itulah di mana sahaja dalam negara umat Islam, bahkan di kota-kota besar dunia kewujudan bangunan masjid yang berbagai bentuk dan rupa. Ada yang kecil dan ada pula yang besar. Masjid sentiasa menjadi lambang kemegahan umat dan pemerintah Islam. Sebagai tempat ibadah masjid mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam meneruskan penghayatan nilai-nilai akhlak dalam masyarakat Islam. Kelangsungan budaya, cara hidup dan syiar Islam lumrahnya diperkukuhkan oleh institusi ini. Sebab itu perkara pertama yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W ketika baginda berhijrah ke Madinah al Munauwarah ialah membina Masjid Quba' dan Masjid Nabawi. Ilmu yang dipelajari di masjid pada masa dahulu bersepadu dengan nilai tauhid, roh Islam dan akhlak. Ia mengimbaukan ketakwaan dan mengukuhkan ubudiah manusia kepada Allah. Ilmu yang dipelajari membawa berkat dan meningkatkan ciri khasyatullah atau takut kepada Allah. Sebab itu lahir para ulama dan ilmuan yang jujur, soleh dan dedikasi. Apabila semangat dan imbauan seperti ini sudah tiada lagi ilmu disalut dengan semangat kebendaan dan keserakahan manusia. Sebab itu muncullah ilmuan-ilmuan sekular yang amat benci kepada Islam dan ajaran Allah itu sendiri . Ada berbagai bentuk kegiatan keilmuan, kebudayaan dan kemasyarakatan yang boleh dijalankan di dalam atau di pekarangan masjid untuk tujuan mengukuhkan akhlak dan sahsiah umat . Antaranya ialah: 1. Kelas Fardu Ain 2. Kelas Tajuid & Qiraat. 3. Kelas Bimbingan Remaja. 4. Kelas Bahasa Arab. 5. Ceramah Berkala. 6. Seminar Motivasi dan Pembentukan Syakhsiah. 7. Kursus Rumahtangga Bahagia. 8. Kursus Pengurusan Jenazah. 9. Madrasah atau Sistem Pengajian Formal. 10. Kursus Dakwah dan Imamah. 11. Acara Tadarus al-Quran. 12. Khemah Ibadan & Qiamullail. 13. Kursus Pengurusan Masjid. 14. Kegiatan Amar Ma'ruf & Nahi Munkar. 15. Seminar Pengurusan Sumber Masjid. 16. Kempin Memakmurkan Masjid. 17. Membentuk organisasi Belia Masjid (Rakan Masjid) Seluruh agensi sosial, Jentera Kerajaan, Kementerian dan Badan-badan Berkanun, NGO dan Badan-badan Korporat, swasta dan awam hendaklah digembling untuk bersama-sama berperanan meningkatkan kualiti akhlak umat samada dengan mengadakan kempen hidup beretika dan berakhlak atau melancarkan buku-buku rujukan yang menjelaskan nilai-nilai akhlak tersebut dan sebagainya. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Masalah-masalah sosial di Indonesia sangat beragam ini disebabkan karena pendududk Indonesia yang beragam pula, seperti masalah kemiskinana, penganguran, urbanisani, trsnsmigrasi, narkotika dan juga kkn serta masih banyak lagi lainnya. Seperti biasanya semua akan berjalan seimbang, setiapa ada massalah pasti ada pula jalan keluar untuk menyelesaikannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yakni melaluli aspek pendidikan, hukum, ham, keluarga dan lingkungan. Semuanya bertjuan demi menuntaskan masalah-masalah sosial tersebut. Dan kami juga berharap adanya berubahan demi lebih baiknya bangsa kita kedepan dengan berkurangnya bahwa dengan tuntasnya semua permasalahan sosial ini. Daftar Pustaka Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, Jakarta: 2003, hal. 84 Jane Cary Peck “Wanita dan Keluarga”, kansius 1999 Tribunnews.Com, Jakarta Qur’an Surah Ali Imran : ayat 159 cara memberi nasihat dengan lemah lembut Daliyo J B S.H pengantar hukum Indonesia (Gramedia pustaka utama 1997 hal 57) http://hobarthwilliams.wordpress.com) http://notapismpks.blogspot.co.id/2011/06/sosiologi-cara-mengatasi-masalah-sosial.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar